Setelah 50 Tahun Menyala, ‘Gerbang Neraka’ Hendak Ditutup


Presiden Tdipeng

Gerbang neraka di Turkmenistan menjadi salah satu lokasi wisata kesohor. Foto oleh Alexander Vershinin/PAP Photo

Destinasi wisata ‘Gerbang Neraka’ di Turkmenistan, sebuah lubang besar yang terus mengobarkan api akibat kandungan gas di dalamnya, hendak ditutup oleh pemerintah. Selama 50 tahun terakhir, lubang unik tersebut mengundang turis dan mendatangkan devisa, namun dampaknya terhadap lingkungan jauh lebih buruk.

Gerbang neraka berada di tengah Gurun Karakum, dulunya merupakan salah satu lokasi pengeboran migas era Uni Soviet. Presiden Gurbanguly Berdymukhamedov, pada Sabtu (8/1) pekan lalu, mengumumkan rencana pemerintah untuk “mencari solusi memadamkan api abadi tersebut.”

Meski gerbang neraka menjadi lokasi wisata tenar, namun efek dari kebocoran gas itu mulai berdampak pada “lingkungan serta kesehatan warga di sekitar lokasinya.”

“Pemerintah sampai pada kesimpulan bahwa keuntungan dari adanya lubang tersebut bagi pariwisata tidak sebanding dengan dampak sosial dan kesehatan bagi warga,” kata Presiden Berdymukhamedov.

Lubang ini memiliki diameter 60 meter, serta dalamnya mencapai 20 meter. Gerbang neraka muncul pada 1971, ketika upaya pengeboran yang dilakukan perusahaan migas Soviet mengalami kendala, dan justru menciptakan lubang besar yang terus terbakar sampai sekarang.

Tidak ada jalan aspal dari kota terdekat menuju lokasi lubang api tersebut, namun sejak bertahun-tahun banyak warga Turkmenistan berinisiatif menjadi guide, mengantar wisatawan asing yang ingin melihatnya naik mobil. Pada 2014, pemerintah setempat berniat mengembangkan lokasi di sekitar gerbang neraka menjadi destinasi wisata ekstrem, namun rencana tersebut akhirnya dibatalkan.

GettyImages-629699542 (1).jpg

Foto udara gerbang neraka Turkmenistan oleh Giles Clarke/Getty Images

Sebetulnya Berdymukhamedov juga pernah mempromosikan lubang neraka pada 2019. Kala itu, dia mengendarai mobil reli, lalu memutari lubang tersebut untuk video kampanye yang absurd. Berdymukhamedov disebut sebagai pemimpin otoriter, yang terus berkuasa di Turkmenistan sejak 2007. Pada pemilu 2017, dia meraup 97 persen dukungan, namun disebut banyak pengamat karena kecurangan.

Turkmenistan merupakan negara dengan cadangan gas alam terbesar keempat di dunia. Selama ini, negara pecahan Uni Soviet tersebut mengandalkan ekspor gas sebagai pemasukan terbesar bagi APBN mereka.

Rusia merupakan salah satu pembeli utama gas dari Turkmenistan, dengan angka impor gas tahun lalu mencapai 10 miliar kubik meter. Tiongkok juga menjadi pembeli penting gas alam Turkmenistan. Itu sebabnya, Negeri Tirai Bambu rela membangun jaringan pipa gas sepanjang 7.000 kilometer dari Turkmenistan hingga ke Kota Shanghai.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *